36 Years Old

Rambut yang memutih semakin bertambah dari waktu ke waktu. Di usia 36 tahun ini rasanya begitu berkecamuk. Kehilangan tiga orang penting di hidup saya membuat pertambahan usia ini semakin menakutkan. Beruntung ada istri dan anak-anak yang menjadikan pegangan baru, alasan untuk tetap melanjutkan hidup.

36 tahun hanyalah angka, saya masih muda masih bisa melakukan apa saja. Saya masih bisa.

Teman

Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa semakin bertambah usia, semakin dewasa kita, lingkup pertemanan kita semakin mengecil. Entah itu karena seleksi alam, atau karena teman yang kita punya itu-itu saja. Biasanya memang terseleksi sendiri dengan teman yang memang satu frekuensi, atau bisa juga karena teman yang memang lebih sering beririsan dengan kita dalam keseharian.

Memang tidak bisa dipungkiri semakin usia bertambah, perjalanan hidup pun sudah berbeda. Di mulai dengan konskuensi pekerjaan, keterbatasan geografi, pertalian pernikahan, sampai dengan kehadiran anak.

Kita memang tidak bisa menyalahkan teman yang dulu dekat dan sering bersama seiring dengan berjalannya waktu akan mulai membentangkan jarak. Baik karena alasan domisili yang jauh, kebutuhan pekerjaan, dan yang paling utama biasanya karena keterbatasan waktu untuk berinteraksi. Karena kita pun mungkin mengalami hal yang sama.

Walau pun dengan kecanggihan teknologi seperti sekarang dengan adanya media sosial di mana seharusnya bisa memperkecil jarak ruang dan waktu itu, tidak serta-merta bisa mengembalikan kehangatan yang terbangun pada saat dulu. Sekarang kita bisa berinteraksi di grup chat whatsapp misalnya, tapi intensitasnya berbeda. Kadang tidak semua bisa berinteraksi di dalamnya, terkadang hanya orang yang itu-itu saja yang aktif.

Seperti lirik lagu Padi yang judulnya Beri Aku Arti.

Menjumpai hari suasana sepi
Menikmati nafas alam tak berasa
Beragam warna terbayang sekilas
Menyingkirkan luka tanpa diminta

Pernahkah ku sadar tanpa itu semua
Dalam terang surya selalu terjaga
Memahami makna arti kenyataan
Keremangan senja selipkan hampa

Di mana kawanku inginku menyapa
Beri aku ruang tempatkan diriku
Di mana kawanku semakin menjauh
Beri aku arti tak ingin berbeda

Memalingkan wajah acuhkan muka
Menyamakan arti bukan suara hati
Ingin berbicara hasrat pengungkapan
Masih pantaskah aku di sampingmu ho

Di mana kawanku inginku menyapa
Beri aku ruang tempatkan diriku
Di mana kawanku semakin menjauh
Beri aku arti tak ingin berbeda
Tak ingin berbeda
Tak ingin berbeda

Oh di mana kawanku inginku menyapa
Beri aku ruang tempatkan diriku
Di mana kawanku semakin menjauh
Beri aku arti tak ingin berbeda ho

Tak ingin berbeda
Tak ingin berbeda

Semakin menjauh (ha)
Semakin menjauh (ha)
Semakin menjauh (ha ha hu)

Benarkah lingkup pertemanan kita mengecil? Atau mungkinkah kita tidak punya teman?

Pulang

Sesosok pria dengan langkah gontai menyeret koper sambil kepalanya tertegun menghadap lantai.

Kakinya melangkah pergi bergerak melaju, pikirannya kosong jauh terbang meninggalkan raganya.

Dia tak menoleh ke belakang walau ada yang tertinggal. Bukan melupakan, hanya menguatkan diri.

Air mata tak deras mengalir bukan tak ingin menangis, hanya agar kuat orang yang dalam pelukannya.

Hatinya tersiksa, batinnya meronta, dia berteriak dalam diamnya. Anak lelakinya belum kembali.

Emmeril Kahn Mumtadz, pulanglah! Ayahmu menanti untuk memeluk dengan senyum.

3 Juni 2022